Sayangnya, ideologi demokrasi tidak sejalan dengan tujuan awal yaknikebaikan bersama secara universal atau bonnum comune.
Kesenjangan antara penguasa dan kaum marjinal atau kaumpinggiran tidak dapat dielakkan, dan itu seperti sebuah sistemkapitalisme yang dibungkus dalam kerangka demokrasi.
Salah satu penyebab terjadinya kesenjangan itu adalah kecanggihanteknologi yang semakin pesat. Kaum kapitalis memiliki aksesterhadap informasi yang berkaitan dengan ekonomi, politikdan hukum, sedangkan kaum miskin hanya pasrah terhadapperubahan global.
Di satu sisi, sikap apatis kaum miskin tehadap kecanggihan teknologi disebabkan oleh banyaknyasesuatu yang bersifat hoaks atau menipu. Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia, hoaks adalah informasi bohong.
Berdasarkan perspektif politik, pertama-tama, harus disadaribahwa hoaks adalah senjata yang bisa digunakan oleh kaumelite politik untuk mempengaruhi opini publik, terutamamenjelang pemilihan presiden.
Hoaks seringkali munculuntuk menggiring opini publik agar terjerumus ke dalamsistem demokrasi yang aburadul.
Transformasi teknologi memungkinkan masyarakat untukmengambil bagian dalam sistem demokrasi yang sehat. Berdasarkan tujuan awal, teknologi hendaknya menjadiwadah bagi manusia untuk mempermudah segala kerumitankompleksitas kehidupan manusia.
Akan tetapi, di sini justrumenjadi boomerang bagi manusia untuk memperlebar jurangpemisah antara kaum kapitalis dan kaum marjinal. Teknologimemiliki kontribusi besar dalam sejarah perkembangan umatmanusia abad-21. Manusia tidak dapat dilepaspisahkan dariteknologi.
Menurut Yuval Noah Harari dalam bukunya yang berjudul Homo Deus, manusia menjadikan teknologi sebagaibagian dari dirinya yang terpisah dan teknologi mestidisembah layaknya Tuhan atau dewa.
Berbagai persoalan yang muncul akibat perkembanganteknologi, penulis mencoba menarik benang merah sebagaibentuk respon positif untuk meredam bobroknya sistemkapitalis yang dikemas dalam kerangka demokrasi.
Mencermati tayangan media massa yang mempertontonkanhal-hal yang bersifat negative memungkinkan penulis untukmemfilterisasi penggunaan media massa secara bijak. Bijak dalam artian menggunakan media massa secara baik dan benar.
Sebagai masyarakat majemuk, warga Indonesia hendaknyamenjadikan media massa sebagai alat untuk mempersatukandengan menyebar sesuatu yang berbau positif dalam segalaaspek kehidupan manusia termasuk demokrasi.
Kebebasan pers merupakan bagian dari elemen demokrasi yang mestinyadijadikan sebagai wadah untuk mempersatukan.
Penulis berasumsi bahwa, kontribusi media sosial dalam membentukpola pikir manusia memiliki peran yang sangat signifikan.
Atas dasar itu, hendaknya masyarakat Indonesia merubah polapikir dalam penggunaan media massa terutama dalam konteksparadigma politik dan demokrasi.
Mantap, tulisan yang bagus untuk dibaca👍👍
Semangat terus Adik..