Ruteng, Info1news.com- Pria dengan nama lengkap Dr. Frans Aba, SE,M.Ec, Ph.D pada beberapa waktu terakhir sudah menjadi perbincangan warga NTT karena berbagai media sudah memberitakan soal niatnya untuk bertarung pada Pilgub NTT tahun 2024 yang akan datang.
Berangkat dari pengalamannya, selain sebagai pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya di Jakarta dan sebagai pebisnis, Frans Aba kini juga aktif di lembaga-lembaga Ekonomi berskala nasional dan internasinal.
Ia kerap menjadi bagian dari tim pengakajian ekonomi dan pembangunan di dalam negeri maupun luar negeri seperti Jakarta, Kuala Lumpur, Singapura bahkan hingga di beberapa negara Asia, China maupun Amerika Serikat.
Ia mengatakan, Provinsi Nusa Tenggara Timur selalu memiliki sumber daya alam dan manusia yang lebih dari cukup sebagai modal pembangunan di wilayah ini.
Namun Frans mengibaratkan NTT sebagai orang miskin yang sangat boros.
Ia mengatakan, kemajuan NTT tidak terlepas dari keberanian gubernur NTT selaku pemimpin wilayah. Adapun keberanian pemimpin yang ia maksudkan adalah dalam soal perencanaan pembangunan yang kesalahannya berulang, selalu sama dari waktu ke waktu, dan tidak boleh terjadi lagi.
“Selama pemimpin wilayah tidak berani menoleh ke belakang untuk melihat kesalahan NTT waktu lalu kemudian dengan penuh keberanian untuk merombak, maka daerah ini akan selalu mengulangi kesalahan yang serupa,” ungkapnya sebagaimana dikutip sejumlah media.
Frans Aba menyatakan, siap mengelola semua sumber daya yang ada untuk memajukan wilayah NTT. Menurutnya, sudah semestinya NTT keluar dari kungkungan kemiskinan karena banyak memiliki potensi sumber daya mansuia dan sumber daya alam.
Manusia NTT, kata dia, pada dasarnya memiliki kemampuan dan etos kerja yang kuat. “Namun hal itu perlu dimotivasi. Kita lihat saja banyak TKI asal NTT, itu artinya mereka ini sebenarnya ingin bekerja tetapi mereka tidak punya tempat bekerja, ini yang kita bisa membuat mereka bekerja di daerah sendiri. Caranya adanya membangun iklim investasi di daerah kita,” ungka sosok yang bernama lengkap Fransiskus Xaverius Lara Aba.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang itu mencoba membedah data kemiskinan NTT sebagai dasar dalam merencanakan pembangunan ke depannya.
Merujuk pada Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemisikinan di Indonesia pada September 2022 mencapai 9,57 persen atau naik 0,03 persen dibandingkan periode Maret 2022 dan jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 26,36 juta orang, meningkat 0,20 juta dari Maret 2022.