“Bunda Maria hadir di sana sebagai tokoh yang menyembuhkan, tokoh yang merajut, tokoh yang membuat pertemuan di antara para murid itu bisa dibangun kembali,”tambahnya.
Festival Golo Curu yang berakhir kata mantan Rektor Unika Santu Paulus ini, adalah etalase bagaimana bunda Maria ingin merajut semua gagasan itu. Bahwa komunalitas, persekutuan berkumpul harus bisa menciptakan kualitas keberimanan kita sebagai orang-orang Katolik yang levelnya bisa naik dari waktu ke waktu.
Di kesempatan yang sama, mewakili pemerintah kabupaten Manggarai, Sekretaris Daerah Drs.Jahang Fansi Aldus saat memberikan sambutan usai perayaan Ekaristi mengatakan, bila dilihat kembali ketika pertama kali diadakan tahun 2022 lalu, festival Golo Curu dilakukan secara sederhana di paroki Karot.
Sekda Fansi Jahang menyebut, Pemerintah kabupaten Manggarai pada prinsipnya selalu memberikan dukungan dan suport bagi setiap aktivitas gereja yang ada di Keuskupan Ruteng.
Pemerintah kabupaten Manggarai lanjut Sekda Fansi Jahang, berkomitmen untuk senantiasa memberikan dukungan terutama festival Golo Curu yang sudah dijadikan kegiatan tahunan ini.
Dijelaskan Sekda, pada tahun 2024 Keuskupan Ruteng telah meminta pemerintah kabupaten Manggarai untuk menghibahkan aset-aset yang dibangun oleh pemerintah kabupaten Manggarai yang ada di puncak Golo Curu “Kita saat ini sedang memproses hibah aset-aset pemerintah kabupaten Manggarai, untuk dilakukan perbaikan dan rehabilitasi oleh pihak Keuskupan Ruteng,”terangnya.