Bisnis

Inovasi Pakan Ternak Babi di Bali, Biaya Murah dan Bisa Cegah Virus ASF. Lalu di Manggarai? 

×

Inovasi Pakan Ternak Babi di Bali, Biaya Murah dan Bisa Cegah Virus ASF. Lalu di Manggarai? 

Sebarkan artikel ini
Foto hasil ternak babi yang berumur 4 bulan, menggunakan pakan ternak buatan peternak di Bali (gambar atas). Dan pakan ternak hasil produksi peternak di Bali. Pakan ternak terbuat dari bahan lokal. (Foto: istimewa)

Merasakan hal itu, muncullah inovasi membuat pakan organik dengan fermentasi. Menariknya dengan pakan organik ini, peternak bisa menggunakan sumber daya atau bahan baku lokal yang ada di sekitar desa.

Mulai dari gedebong pisang, keladi, umbi-umbian dan hijauan lain yang ketersediaannya cukup melimpah di desa.

Tentu jenis pakan tersebut akan dicampur dedak padi dan dan jagung dengan komposisinya diukur, kemudian sisanya hijau-hijaun dan ditambah sedikit tepung ikan.

Pakan ternak yang murah tetapi berkualitas tersebut kini telah dimanfaatkan luas oleh masyarakat Bali yang beternak babi. Hasilnya sangat memuaskan, karena dalam waktu lima bulan berat seekor babi bisa mencapai 130-140 kg.

Beruntung, ada seorang warga asal Manggarai yang lama berdomili di Bali, dipercayakan untuk mengembangkan hal teknologi tersebut di Manggarai dalam waktu dekat.

“Dalam waktu dekat saya akan segera datang dan memberikan pelatihan dan penerapannya dalam bentuk pilot program,” kata Roby G, pemuda asal Manggarai yang selama ini berdomisili di Bali kepada media ini, Senin (6/2).

Roby menjelaskan, teknologi pakan ini dikerjakan sekali saja untuk pakan yangvdigunakan selama lima bulan. “Tidak perlu setiap hari buat pakan. Cukup sekali buat untuk pakan lima bulan,” jelasnya.

Dia menambahkan, teknologi pakan sederhana tersebut akan menekan harga produksi. Jika membeli pakan di toko, harganya sangat jauh.

Selain menekan harga produksi, dengan pakan organik fermentasi ini peternak juga meraih sejumlah manfaat.

Jika dibandingkan, urai Roby, umur pemeliharaan 4-5 bulan di Bali, seekor babi dijual dengan harga 4 – 4,5 juta dengan bobot 120 – 140 kg. Dengan bobot yg sama, di Manggarai harganya sudah lebih dari 6 juta.

Mengutip pernyataan Ketua Kelompok Ternak Babi di Bali, Roby menjelaskan, sejak menggunakan pakan fermentasi dan jamu yang dibuat sendiri kini tidak ditemukan lagi kasus ASF di desa Luwus sehingga kini warga bisa beternak dengan tenang, dengan biaya produksi yang bisa ditekan serendah mungkin.

</p

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Toe Manga Seng Koe By. Swara Net Group