Launching Sistem Kalender Tanam Lokal di Manggarai: Mengatasi Dampak Perubahan Iklim Sektor Pertanian

Pemerintah Kabupaten Manggarai bekerjasama dengan Yayasan Ayo Indonesia dan BMKG Ruteng mengembangkan Sistem Kalender Tanam Lokal (SKTL).

Ruteng, Info1News.com – Untuk mengantisipasi situasi perubahan iklim disektor pertanian, Pemerintah Kabupaten Manggarai bekerjasama dengan Yayasan Ayo Indonesia dan BMKG Ruteng mengembangkan Sistem Kalender Tanam Lokal (SKTL). Selanjutnya SKTL tersebut, secara resmi dilaunching pada hari ini (Senin, 20/05/2024) saat pelaksanaan Apel Mingguan.

Bupati Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Herybertus Geradus Laju Nabit, S.E., M.A., mengatakan pada tahun 2024 ini, akan terjadi kemarau yang cukup Panjang sehingga berpotensi terjadi perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrim. “Untuk menjawab permasalahan mendasar terkait dengan pengamanan dan peningkatan produksi pertanian menghadapi perubahan iklim, maka kita membuat SKTL,” jelas Bupati Hery Nabit.

Menurut Bupati Manggarai, penetapan waktu tanam yang tepat merupakan salah satu penentu keberhasilan panen dan peningatan produktifitas pertanian. Kearifan lokal dan cara konvensional yang digunakan untuk menerapkan pola tanam telah mengalami bias akibat pergeseran awal musim tanam.

“Tujuan SKTL ini, untuk memandu penyuluh dan petani dalam menyesuaikan waktu dan pola tanam, dan untuk mengantisipasi situasi perubahan iklim disektor pertanian. Perubahan iklim merupakan gejala alam yang telah terjadi di belahan seluruh dunia termasuk di Kabupaten Manggarai,” katanya.

Dijelaskan Bupati Hery Nabit, salah satu dampaknya adalah perubahan awal dan akhir musim tanam yang sangat berpengaruh terhadap pola tanam, luas tanam, dan produksi tanaman, akibat perubahan iklim, hampir setiap tahun petani berhadapan dengan pergeseran musim.

Tidak jarang pula lanjut dia petani berhadapan dengan kondisi iklim yang ekstrim, baik kering (El-Nino) maupun basah (La-Nina). Kondisi iklim tersebut, memicu ancaman banjir, kekeringan dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) meningkat, berakibat pada penurunan produksi, bahkan gagal panen.

“Beberapa waktu lalu, mulai muncul serangan OPT di Kecamatan Satar Mese. Karena itu, gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman digencarkan untuk mengantisipasi serangan pada tanaman padi. Pengendalian OPT seperti tikus kita lakukan, karena selain dampak kekeringan, perubahan iklim juga memengaruhi perkembangan OPT. Ada beberapa OPT yang kondisi kelembabannya tinggi dapat berkembang dan menyerang padi,” tuturnya.

Dijelaskannya perubahan pola curah hujan juga menjadi perhatian serius dalam mengatur waktu dan luas tanam, agar kesinambungan produksi dan kemandirian pangan tidak terancam. Untuk itu, sangat diperlukan suatu pedoman berupa “Kalender Tanam Lokal di Kabupaten Manggarai” yang dapat digunakan oleh masyarakat.

</p

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *