Pembangunan Lapen di Desa Nanga Mbaur Tidak Ada Soal, Ini Penjelasan Kades Warkah

Terkait pengalihan Lapen dari Ara ke Temba Lajar, Kades 2 periode ini menjelaskan bahwa keputusan itu sudah berdasarkan hasil musyawarah di tingkat desa dan itu memang prioritas.

“Awalnya lapen itu memang dikerjakan di Kampung Ara dengan panjang 710 meter, tetapi dalam perjalanan waktu ada sepakat pengalihan ke Temba Lajar berdasarkan permintaan warga, sehingga pengerjaan lapen di Kampung Ara hanya sampai 210 meter saja, sisanya dipindahkan ke Temba Lajar dengan penambahan 500 meter” jelas Kades Warkah meluruskan tudingan itu.

“Pengerjaan lapen itu menggunakan dana desa senilai Rp.480 juta” tambahnya.

Ia melanjutkan, keputusan pengalihan pengerjaan lapen itu memang punya alasan dan itu memang prioritas. Sebab sebelumnya potret infrastruktur dari wilayah Temba Lajar menuju SMA Negeri 2 Sambi Rampas sangat buruk. Bahkan ada anak sekolah dan guru menjadi korban dari keburukan infrastruktur itu.

“Makanya warga sepakat alihkan saja yang lebih prioritas. Apalagi di Temba Lajar itu ada sekolah SMA Negeri 2 Sambi Rampas. Selain itu hasil pertaniannya juga sangat bagus. Sangat disayangkan kalau tidak didukung dengan infrastruktur yang berkualitas” ungkap Warkah.

“Pengerjaannya sudah selesai sepanjang 500 meter. Bahkan volumenya sengaja dikasih lebih. Jadi totalnya tetap 710 meter dengan rincian 210 meter dikerjakan di Ara dan 500 meter dialihkan ke Temba Lajar. Lantas mana yang salah, kan sudah dikerjakan 100 persen. Beda konteks kalau anggarannya ada tapi saya tidak kerja” ungkapnya lagi.

Sementara terkait pemindahan material ke Rest Area Watu Pajung dan tudingan mangkraknya Lapen Randang-Londang, Kades Warkah menjelaskan bahwa material itu tidak ada sangkut pautnya dengan urusan desa. Material itu milik pribadinya sendiri, bukan milik pihak ketiga atau kontraktor.

</p

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *