Selain itu, kata vinsen, kegiatan ini juga bertujuan membina, meningkatkan dan menyadarkan iman siswa-siswi dan generasi muda katolik untuk menjadi pribadi yang selalu menyerahkan diri kepada Tuhan dan selalu berpatisipasi aktif dalam kegiatan sosial gereja maupun bangsa.
Ia berharap kegiatan ini dapat meningkatkan potensi, kreativitas dan talenta siswa-siswi SMPN 7 Reok dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.
Lebih lanjut mantan Kepala Sekolah SMPN 2 Reok ini mengatakan sebagai sekolah yang berlabel negeri, kegiatan pembelajaran di SMPN 7 Reok sangat terikat pada kurikulum pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah. Nuansa pendidikannya bersifat umum dan minim mendapatkan pembinaan rohani, apalagi dengan jam pelajaran Agama Katolik yang terikat.
Standar isi kurikulum 2013, kata Vinsen, menetapkan 3 jam tatap muka dalam seminggu. Hal itu dirasakan kurang memadai dalam pendewasaan iman.
“Oleh karena itu SMPN 7 Reok merasa terpanggil menggelar kegiatan pembinaan iman, sekaligus untuk memastikan bahwa kehidupan iman mesti terus dipelihara sebagai sebuah spirit bersama” kata Vinsen.
Kegiatan pembinaan iman ini, tambah Vinsen, menjadi langkah strategis untuk menguatkan persatuan antar anak bangsa agar terciptanya moderasi kehidupan beragama yang harum mewangi.
“Karena itu menyadari keberadaan di tengah-tengah orang lain yang berbeda keyakinan, maka kami tentu mengambil sikap agar siswa-siswi bisa memandang perbedaan sebagai sebuah kekuatan yang mempersatukan” tutur Vinsen.
Sementara itu Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai, Nikolaus Nama Payon mengatakan bahwa kunci sukses pembinaan iman katolik SMPN 7 Reok terletak pada kepiwaian guru agama katolik yang membawai kegiatan-kegiatan agama.
Nilai bangsa ini, kata Nikolaus, terletak pada moral dan budaya. Karena itu sebagai guru agama katolik harus mampu berada pada orientasi itu, baik secara lahiriah maupun jasmani.










