Tak hanya erosi, kata Gaspar, pohon waru juga mampu menahan banjir karena pohon ini memiliki batang dan daun yang banyak. Cocok jika ditanam di daerah aliran sungai.
Gaspar mengaku, bahwa kegiatan penanaman pohon waru ini merupakan kegiatan peduli yang datang dari ide cemerlang dan inisiatif ia dan rekannya.
“Kami adalah orang yang punya kepedulian tidak mau berpangku tangan dengan persoalan-persoalan sosial, sehingga ide ini kami wujudkan” ungkap Gaspar.
Sementara itu rekannya Yosef mengatakan, penentuan lokasi penanaman waru ini berdasarkan hasil survei terhadap kondisi tanah di bantaran sungai Waepesi.
Kondisi tanah yang telah ditentukan itu, kata Yosef, sangat cocok ditanami waru, apalagi dekat dengan pemukiman warga. Bukan tidak mungkin semua DAS Waepesi nantinya juga berpotensi untuk ditanami waru.
“Yang pertama kami survei dulu lahannya untuk menentukan lokasi yang cocok dan hasi survei itu semua DAS Waepesi memang berpotensi. Itu makanya kami mulai tanamnya dari arah timur karena kondisi tanah di tempat itu sangat dekat dengan pemukiman” jelas Yosef.
Lebih lanjut ia mengatakan, anakan waru yang ditanam di tempat itu juga berdasarkan hasi survei yang diambil dari wilayah Dampek, tepatnya di pinggir kali. Anakan waru tersebut tumbuh subur di wilyah Dampek dan sangat berguna untuk menahan erosi.
“Waktu kami survei di Dampek, anakan waru ini tumbuh subur. Kami pun sempat melakukan wawancara dengan warga sekitar, mereka mengatakan tanaman ini baik dan bermanfaat untuk menahan erosi dan longsor. Akhirnya kami pun meminta bibitnya untuk ditanam di DAS Waepesi” beber Yosef.